“dot lo harus pergi
dari pulau ini sekarang” mamat memerintah kan bandot untuk cepat pergi dari
tempat tinggalnya yang sekarang.
“kenapa gua harus
pergi?” bandot bertanya dengan muka bingung.
“elu tau gak kalo bini
elu itu Bandar narkoba dan sekarang dia lagi di incer polisi, kalo elu pergi
setidaknya cuman bini elu doang yang di tahan” mamat mejelaskan kepada bandot
dengan berbisik.
“elu sok tau mat. Mana
mungkin bini gua kayak gitu, walaupun gua orang miskin gua gak bakal nyentuh
barang haram kayak gitu” bandot terbawa emosi ngan perkataan mamat yang
sebelumnya.
“gua enggak bohong dot,
elu tau kan kalo temen gua ada yang jadi polisi gua di kasih tau dia kalo bini
elu udah jadi inceran selanjutnya buat di tangkep” mamat menjelaskankepada
bandot.
“gua masih enggak
percaya sama elu mat, teganya lo ngomong kayak gitu” bandot pun marah dan
menyuruh mamat pulang meninggalkan rumahnya. Setelah mamat pulang dari rumah
bandot tak lama kemudian istri bandot pulang.
“ dari mana aja kamu
baru pulang sekarang?” tanya bandot kepada istrinya.
“abis ketemu temen bang
tadi” jawab istrinya.
Tak
berapa lama kemudian setelah istrinya menjawab pintu rumah bandot di gedor
dengan keras. Dan saat bandot membuka pintu tiga orang pria bertubuh besar dan
menggunakan jaket kulit langsung masuk kerumahnya dan menutup pintunya. Bandot
pun kaget kenapa orang-orang itu langsung masuk kerumahnya dan mengunci pintu
rumahnya dari dalam dengan membawa pak RT. Mereka semua duduk di ruang tamu
termasuk bandot dan istrinya. Rasa kaget bandot pun bertambah setelah mereka
menjelaskan bahwa mereka dari kepolisian.
“selamat siang pak,
kami dari kepolisian ingin memberitahukan surat penangkapan untuk istri anda
dan ketua RT sebagai saksinya” polisi menjelaskan dengan suara lantang.
“atas dasar apa kalian
menangkap istri saya?”bandot bingung kenapa istrinya harus di tangkap oleh para
polisi.
“istri bapak terjerat
oleh jaringan penjualan narkoba dan sekarang kami akan menggeledah rumah ini
untuk mencari barang bukti” polisi menjelaskan kepada bandot dan segera
bergegas mencari barang bukti yang ada.
Bandot sangat syok dengan apa yang polisi katakana
ternyata omongan temannya benar bahwa istrinya menjual barang haram untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun hidupnya sangan miskin dan serba
kekurangan bandot selalu mengajarkan anak dan istrinya untuk berbuat baik dan
benar di jalan Allah. Bandot kecewa dengan apa yang sudah istrinya lakukan
namun sebagai kepala keluarga jiwa pahlawannya muncul untuk membela istrinya.
“pak yang mengedarkan
narkoba itu adalah saya bukan istri saya dia hanya menjalankan perintah dari
saya, jadi tolong tangkap saja saya jangan istri saya” bandot berkata bohong
untuk membela istrinya.
“apa yang abang lakukan
ini malah membuat kita berdua semakin tertangkap” istri bandot berbisik kepada
suaminya.
Polisi
sempat tercengang dengan apa yang bandot katakana karena surat penangkapan
hanya untuk istrinya bukan untuk keduanya. Polisi segera memborgol tangan
bandot dan istrinya dan mereka berdua di tetapkan sebagai tersangka. Barang
bukti pun di temukan ada tiga bungkus kecil sabu-sabu yang di sembunyikan oleh
istri bandot di dalam lemarinya. Bandot dan istrinya di giring polisi untuk masuk ke mobil. Saat dia keluar
rumahnya halaman depan rumahnya sudah penuh oleh warga-warga sekitar yang ingin
tahu apa yang sedang terjadi kepada bandot.Setelah sampai di kantor polisi
bandot dan istrinya masuk ke tahanan sementara karena polisi masih menyelidiki
kasusnya bandot dan istrinya, polisi juga mengintrogasi mereka berdua.
“maafkan saya bang
karena saya abang jadi ikut terkena masalah” istri bandot berkata sambil
menangis sesenggukan
“harusnya saya tidak
malakukan ini semua, saya hilaf dengan hasil uang haram yang saya dapatkan”
istri bandot berkata dengan sangat menyesal.
Bandot
tidak dapat berkata apapun apalagi menenangi istrinya karna dia sangat marah
dengan apa yang istrinya lakukan. Ke esokan harinya mamat menjenguk bandot di
rumah tahanan sementara.
“apa yang gua bilang
bener kan dot, kalo aja seandainya elu pergi pasti elu gak bakalan ketangkep
juga” mamat berkata dengan menggebu-gebu.
“dan harusnya juga lo
enggak usah mengakui kesalahan istri lo, percuma aja lo cuman bakalan jadi
pahlawan kesiangan doang. Inget lo masih punya anak yang harus lo urus kalo ibu
sama bapaknya di penjara apa lo gak kasian ngeliat anak lo sendirian.” Mamat
mengingatkan bandot.
“tapi mau gimana lagi
mat itu istri gua dan gua harus ngebela dia walaupun semua itu cuman
kebohongan” bandot berkata.
“tapi inget dot kalo lo
ngaku berarti lo juga ikut di penjara bareng istri lo itu dan sebelom terlambat
lebih baik lo mengaku yang sejujurnya kalo lo enggak tau apapun tentang narkoba
itu” mamat masih meyakinkan bandot untuk berubah pikiran.
“ gua tetep enggak bisa
ngeliat istri gua sendirian di bui, lebih baik gua yang ngaku salah dan istri
gua bisa keluar ngejaga anak gua” bandok masih berpikir dengan egonya.
“oke kalo itu emang
keputusan elu, tapi inget ya dot apa yang lo lakuin saat ini itu bener-bener
percuma karna yang ada elu sama istri elu bakalan masuk penjara. Yang bisa
bebas itu cuman elu, itupun kalau elu mengatakan yang sejujurnya”. Setelah
mengasih nasihat mamat pun pulang meninggal kan bando.
Setelah menunggu waktu dua minggu lamanya untuk proses
introgasi akhirnya mereka berdua di jatuhi hukuman enam tahun penjara di
kenakan pasal pengedaran narkoba. Bandot baru sadar apa yang dia lakukan
bagaikan pahlawan kesiangan. Mencoba untuk melindungi tapi kenyataannya malah
tidak membuahkan hasil apapun. Dia harus merelakan dirinya terkena hukuman atas
apa yang tidak dia lakukan dan dia menyesal karna meninggalkan anaknya
sendirian. Bandot baru menyadari itu semua ketika hukuman telah di tetapkan
oleh jaksa. Ia merasa seperti orang bodoh yang mencoba menjadi pahlawan.
The
End